MIMIKA — Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Mimika terus berlanjut dan menimbulkan keresahan luas di masyarakat.
Antrean panjang kendaraan di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terlihat setiap hari, bahkan telah berlangsung hampir sepekan.
Menanggapi situasi tersebut, Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Mimika, Abdullah Rahman Bugis, menyatakan kekecewaannya terhadap Pertamina dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Mimika yang dinilai lamban dan tidak serius menangani persoalan ini.
“Kami dari Pengurus Cabang PMII Kabupaten Mimika sangat kecewa terhadap pelayanan subsidi bahan bakar minyak. Hingga kini tidak ada sikap dan penjelasan resmi dari Disperindag maupun Pertamina soal kapan situasi ini akan normal,” tegas Abdullah dalam keterangannya kepada Galeripapua.com, Selasa (8/10/2025) malam.
Menurutnya, kelangkaan BBM telah memberikan dampak buruk terhadap aktivitas ekonomi warga. Banyak masyarakat terpaksa mengantre berjam-jam hanya untuk mendapatkan beberapa liter bensin.
“Antrean panjang ini sudah terjadi hampir satu minggu. Masyarakat harus rela kehujanan demi mendapatkan bahan bakar. Ini situasi yang sangat memprihatinkan,” ujar Abdullah.
PMII Mimika menilai alasan yang disampaikan Pertamina mengenai keterlambatan kapal pengangkut BBM tidak rasional dan menunjukkan lemahnya manajemen distribusi energi.
“Pernyataan bahwa keterlambatan kapal menjadi penyebab kelangkaan itu tidak masuk akal. Seharusnya ada langkah antisipasi, bukan sekadar alasan. Hal ini menunjukkan Pertamina tidak bekerja serius dalam memastikan ketersediaan BBM di Mimika,” tandasnya.
Abdullah mendesak Disperindag Mimika untuk segera berkoordinasi dengan Pertamina mencari solusi konkret dan memberikan kejelasan kepada masyarakat terkait kapan distribusi BBM kembali normal.
“Masyarakat berhak mendapatkan informasi yang jelas dan berbasis data akurat, bukan janji atau alasan yang berulang,” tegasnya.
Lebih lanjut, PMII Mimika memperingatkan bahwa jika kelangkaan ini tidak segera diatasi, pihaknya akan menggalang konsolidasi dan turun ke jalan bersama masyarakat untuk menuntut penyelesaian krisis BBM di Kabupaten Mimika.
“Jika dalam waktu dekat tidak ada penyelesaian yang maksimal, kami akan menggerakkan aksi bersama masyarakat untuk mempertanyakan keseriusan pemerintah dan Pertamina,” pungkas Abdullah.