SORONG — Festival Budaya dan Kuliner Toraja–Moii yang digelar di Gedung Tongkonan Toraya, Jalan Malibela, Distrik Sorong Timur, menjadi ruang kolaborasi baru bagi para pelaku UMKM di Kota Sorong.
Acara yang berlangsung 3–5 Desember 2024 ini menghadirkan aneka kuliner, pertunjukan budaya, serta produk kerajinan dari masyarakat Toraja, Moii, dan UMKM lokal lainnya.
Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Kota Sorong, Pdt. Yohanis Sattu, S.Th, M.A., MMis, mengatakan kegiatan ini lahir dari semangat untuk memperkuat peran UMKM sebagai penggerak ekonomi daerah melalui kolaborasi lintas komunitas.
“Masyarakat Toraja secara aktif mendorong perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mereka masyarakat Moii Sorong, dan lebih khususnya Toraja di Kota Sorong, Papua Barat Daya,” jelas Sattu.
Ia menambahkan bahwa upaya tersebut tercermin dalam berbagai inisiatif untuk mempromosikan produk lokal, terutama yang terkait sektor budaya dan pariwisata.
Menurutnya, kolaborasi yang terjalin dalam festival ini menjadi ruang berbagi dan saling menguatkan antar pelaku usaha.
“Saling mendorong satu dengan yang lain sehingga dalam sepanjang tahun ini, ada berkat-berkat yang kita dapati kita bisa berbagi bagi mereka yang sedang berupaya untuk mengembangkan diri melalui usaha-usaha,” ujarnya.
Festival yang memasuki hari kedua pada Rabu (4/12/2025) itu dirangkai dengan pameran produk UMKM dan kegiatan budaya. Acara akan ditutup pada 5 Desember bersamaan dengan perayaan Natal bersama komunitas Toraja dan Moii.
Selain memperkuat sektor budaya, kegiatan ini juga menempatkan UMKM sebagai bagian dari potensi besar Kota Sorong.
Wilayah ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil migas, memiliki potensi perikanan yang melimpah, serta komoditas unggulan lainnya seperti sagu dan udang, terutama dari wilayah Sorong Selatan.
Menutup sambutannya, Pdt. Yohanis menegaskan bahwa perayaan Natal bersama pada penghujung festival menjadi simbol persatuan seluruh masyarakat Toraja di Kota Sorong.
“Bersama Kota Sorong dari sudut masyarakat Toraja kita tidak bernatal dalam kerukunan ataupun rayon-rayon tapi kita semua terhimpun di sini untuk bernatal bersama… Bapak sebagai apa begitu,” tutup Pdt. Yohanis.














