MERAUKE – Rabu (15/1/2025) siang, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Merauke, Papua Selatan, mendadak gempar. Sejumlah warga binaan, laki-laki maupun perempuan, beramai-ramai memadati salah satu lapangan di dalam Lapas tersebut.
Seketika dentuman bass beat musik rhymes and poetry (rap) menggelegar menembus payung langit terik siang di hari itu. Para tahanan dan petugas yang berjaga pun sontak mengangkat tangan dan bergoyang bersama mengikuti flow irama nyanyian dari Elpama Prison.
Elpama Prison merupakan salah satu grup musik rap yang terbentuk di dalam Lapas Kelas IIB Merauke. Di hari itu, mereka telah bersiap untuk menyambut kunjungan Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, Gibran Rakabuming. Sayangnya, kunjungan terhormat itu dikabarkan batal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT

Walaupun begitu, semangat mereka tak surut. Konsep acara pentas seni yang telah disiapkan matang tetap berjalan. Beberapa tamu undangan dan para seniman Papua juga hadir meramaikan acara tersebut.
“Kegiatan yang kemarin itu tujuan awalnya adalah menyambut kedatangan Wapres yang direncanakan beliau datang di Lapas Merauke. Akan tetapi, beliau berhalangan hadir karena ada urusan negara. Kami kemudian berinisiatif bahwa kegiatan (pentas seni) tersebut harus tetap dilaksanakan dengan persetujuan dari Bapak Kalapas,” jelas Gusti, Manajer Elpama Prison, saat dihubungi via telpon, Jumat (17/1/2025).
Hip Hop di Balik Jeruji Besi
“Hip Hop di Balik Jeruji Besi” merupakan nama acara pentas seni (pensi) yang berlangsung siang itu di Lapas Kelas IIB Merauke. Pensi ini menggunakan konsep street hip hop.
Dalam pensi tersebut, Elpama Prison yang beranggotakan lima personel tampil memukau dengan membawakan single pertamanya berjudul “This is Squad Elpama”.

Dari outfit style, mereka kompak mengenakan stelan baju tahanan oranye dan kupluk hitam di kepala serta blink-blink berupa borgol dan rantai besi.
Music beat yang menghentak, flow yang berwarna, dan artikulasi rap yang terdengar jelas ditambah penguasaan panggung yang begitu leluasa, Elpama Prison berhasil menghipnotis para penonton untuk hands up together.
Euforia di pensi ini benar-benar telah menggambarkan kultur skena hip hop yang begitu luar biasa di dalam sebuah lingkungan penjara.
Selain Elpama Prison, ada juga lima grup musik lainnya dari luar Lapas yang turut tampil meramaikan. Sosok rapper ternama asal Papua seperti Epo D’Fenomeno pun ikut hadir di dalam acara itu.
Hip Hop Menembus Tembok Sosial
Selaku pegiat musik hip hop rap, Epo D’Fenomeno benar-benar mengapresiasi acara pensi street hip hop yang digelar oleh Lapas Kelas IIB Merauke. Menurutnya, inisiasi ini telah menunjukkan bagaimana hip hop dapat menembus batas sosial.
Tak dapat dipungkiri bahwa benar adanya stigma standarisasi yang telah lama terbangun di Papua yaitu setiap orang dianggap berhasil dan sukses ketika dapat bekerja sebagai pegawai maupun pejabat.

Namun, semakin berkembangnya zaman dan teknologi, kultur hip hop khususnya musik rap di Papua telah berhasil meraih respect dari berbagai kalangan.
“Selama ini, kita berperang melawan stigma itu, di mana orang itu dianggap sukses sebagai manusia kalau dia kuliah tinggi, tes kerja, dan jadi pegawai. Selain daripada itu tidak dianggap sukses,” ujar Epo kepada Galeripapua.com via telpon, Kamis (16/1/2025).
“Kita yang bukan warga binaan di Lapas saja tetap masih berperang dengan stigma itu, apa lagi mereka yang terjerat dengan beberapa kesalahan dan akhirnya masuk di Lapas. Tapi sejak hip hop muncul di Papua, pengaruhnya besar sekali,” imbuhnya.
Di balik jeruji Lapas Kelas IIB Merauke, Epo melihat kualitas sejumlah warga binaan dalam menciptakan dan membawakan lagu rap sangat luar biasa.
Dengan kualitas tersebut, Epo menilai bahwa ada harapan yang benar-benar tumbuh melalui hip hop untuk masa depan warga binaan. Tak heran jika mereka kerap memboyong juara saat mengikuti perlombaan di luar Lapas.

“Bukan karena kita kasihan jadi mereka dapat juara, tetapi karena mereka sendiri memang berkualitas dan menjadi salah satu yang paling beda,” terang Epo.
“Artinya bahwa dia keluar dari Lapas sebagai mantan warga binaan, tapi ketika dia bernyanyi di atas panggung, seketika dia punya jati diri terangkat kembali. Ini yang saya sebut hip hop bukan tentang kriminal, bukan tentang gangster, tetapi ketika kau temukan jati diri yang sebenarnya, maka itu makna kebebasan yang sejati,” jelasnya.
Menumbuhkan Ekosistem Ekonomi Kreatif
Selain melihat penampilan para rapper di dalam Lapas, kehadiran Epo D’Fenomeno di sana juga turut memberikan workshop kreatif secara gratis.
Di hari pertama, workshop diberikan kepada para pegiat seni pertunjukan di dalam Lapas. Sementara keesokan harinya, di tempat yang sama, workshop dilaksanakan untuk umum. Kurang lebih 50 peserta hadir untuk membekali diri dengan berbagi materi yang diberikan.
“Kita juga lakukan workshop, materinya mulai dari distribusi digital, marketing digital untuk penjualan lagu, sampai dengan fondasi-fondasi hip hop,” kata Epo.

Epo berharap melalui workshop ini, kolaborasi dan kerja sama antar pegiat hip hop dapat terbangun sehingga ekosistem ekonomi kreatif di Merauke bisa terbentuk.
“Kalau mereka punya ekosistem ekonomi kreatif ini bergerak dari sub sektor seni pertunjukan musik dan tari, mereka juga bisa menghidupi kebudayaan-kebudayaan setempat,” yakin Epo.
Menurutnya, ini bisa memberikan opsi lain bagi pemerintah pusat yang baru untuk menumbuhkan kualitas hidup masyarakat di Papua, khususnya di Merauke.
“Kalau ekonomi kreatif ini bergerak dan kebudayaan ini tersentuh, maka ada semacam antropologi ekonomi atau ekonomi kebudayaan. Dengan begitu, mungkin food estate itu bisa ditinjau kembali karena pembongkaran lahan itu besar-besaran, endemik-endemik hewan dan lain-lain itu untuk Merauke bisa kehilangan identitas juga. Jadi, apa lagi yang mau dijual kalau itu sudah hilang? Masa bicara tentang Marin, tanah Merauke, bicara tentang tebu, tidak bicara lagi rusa atau kanguru dan sebagainya yang dulu ada di sana,” tandasnya.
“Tapi kalau hal-hal ini ketika ekosistem ekonomi kreatif bergerak berarti ada industri, berarti semua terekspos untuk terjual. Kita jangan bicara ketahanan pangan saja, tapi ketahanan manusia dan hewan dan alamnya juga harus diperhitungkan. Jadi, masyarakat mereka bisa menemukan industri kreatif tanpa mengubah identitas Merauke yang sebenarnya,” pungkasnya.
Elpama Prison akan Terus Berkarya
Sebagai Manajer Elpama Prison, Gusti sangat berterima kasih kepada setiap pihak yang telah memberikan dukungan penuh dalam pembinaan para tahanan khususnya pada bidang seni.
Dia menjelaskan, naiknya nama Elpama Prison tentunya tidak semata-mata terjadi begitu saja, melainkan karena adanya dorongan dan support dari berbagai pihak.
Seperti yang diketahui, nama Elpama Prison kini sedang diperbincangkan khalayak ramai, bahkan hingga ke pusat setelah mereka menjadi salah satu juara dalam acara Ermukim Party yang diselenggarakan oleh Kementrian Ekonomi Kreatif melalui program Inkubasi Kreatif berkolaborasi dengan Ermukim Squad pada Desember 2024 lalu di Merauke.
Lewat prestasi itulah, Elpama Prison langsung disebut oleh Wapres Gibran Rakabuming dan berencana untuk berkunjung ke Lapas Kelas IIB Merauke.

Melihat respons yang sangat baik dari masyarakat dan juga pemerintah, Gusti beserta para personel Elpama Prison semakin yakin untuk terus berkarya dari balik jeruji besi.
“Kami ada tiga tim, masing-masing beranggotakan lima orang. Sejauh ini, tim I sudah ada satu lagu. Nanti ada dua lagu yang akan dirilis dalam waktu dekat. Untuk tim II, itu ada satu lagu yang akan dirilis dalam waktu dekat juga. Tim III ada sekitar dua lagu,” kata Gusti.
Gusti berharap ke depannya Elpama Prison tetap eksis di skena hip hop, baik di kancah lokal maupun nasional. Dengan begitu, Elpama Prison pun dapat memberikan dampak positif dan bisa menginspirasi publik di luar sana.
“Walaupun nanti anggota kami ada yang sudah bebas, kami akan tetap berkarya bersama. Mereka yang sudah bebas pun tetap menjadi anggota Elpama Prison, mereka bisa membantu atau memandu anggota-anggota baru dalam hal bernyanyi maupun menulis lirik,” tuturnya.