Timika – Yayasan Somatua yang berdiri sejak tahun 2017 di Kabupaten Mimika senantiasa berkomitmen untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) orang asli Papua lewat lembaga pelatihan kerjanya, yakni Somatua Training Center (STC).
Pendiri sekaligus Direktur Yayasan Somatua, Maximus Tipagau menjelaskan maksud dan tujuan dibangunnya training center ini adalah untuk melatih serta mengasah kemampuan dan skill para peserta sehingga nantinya bisa diserap oleh perusahaan-perusahaan di Kabupaten Mimika atau pun di tanah Papua.
“Sejauh ini sudah ada sekitar 400-an lulusan dari sini yang diserap oleh berbagai perusahaan seperti PT Freeport Indonesia, Petrosea, dan perusahan lainnya di Papua,” terangnya saat ditemui dalam acara kunjungan Asesor Akreditasi ke STC, Kamis (16/6/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih lanjut dijelaskan bahwa STC sangat terbuka menerima peserta yang berasal dari suku Kamoro dan Amungme, sebab dia menilai di dalam dunia industri, orang Kamoro dan Amungme belum begitu nampak atau kurang menonjol.
“Oleh karena itu Yayasan Somatua taruh harapan dan benar-benar berkomitmen untuk membantu orang Kamoro dan Amungme,” ucapnya.
Selain Kamoro dan Amungme, Somatua Training Center juga membuka peluang bagi tujuh suku besar lainnya yang ada di Papua untuk memeroleh ilmu dan keterampilan.
“Tujuh suku Papua yang ada di Puncak, Nabire, Paniai, Intan Jaya, dan wilayah pegunungan itu pun bisa datang. Walapun mereka tidak sekolah tinggi atau sama sekali tidak sekolah pun akan kita bantu,” katanya.
Maximus juga mengungkapkan saat ini STC sudah memiliki berbagai aset dengan nilai sebesar Rp 16 miliar.
“Itu termasuk bangunan, kelas, mesin, alat berat seperti eksevator ada 5, truk 3, doser 2 dan lowder 1. Itu semua murni swasta,” ungkapnya.
Dia juga membeberkan kabar positif bahwa STC tengah disiapkan untuk mendapatkan akreditasi. Harapannya proses akreditasi tersebut dapat berjalan tanpa hambatan.
“Kali ini kami akan selesaikan akreditasi. Harapan kita akreditasi ini tidak ada hambatan hingga selesai, sehingga metode pembelajarannya kita bisa pakai dua sistem, yaitu face to face dan sistem online,” kata Maximus.
Untuk sistem face to face, para peserta tentunya dapat mengikuti pelatihan di Timika secara langsung dengan fasilitas yang sudah disiapkan untuk melatih keterampilan dan menambah pengalaman.
Sementara untuk sistem online, jelas Maximus, akan menggunakan aplikasi yang mana semua materi sudah ada di dalamnya. Siswa yang sudah mendaftar bisa langsung mengikuti program secara online dan mendapatkan sertifikat yang sama.
“Jadi mereka yang ada di Puncak, di Nabire, Paniai, Serui, atau Waropen, dan sebagainya tidak ada soal. Asalkan dia ada internet, dia sudah bisa ikuti pelatihan melalui sistem online. Ini juga mengikuti zaman digitalisasi,” tuturnya.
Di samping itu, Maximus juga menitipkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung STC dalam mengembangkan SDM orang asli Papua.
“Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan Pemerintah Kabupaten Mimika, yaitu terkait perizinan, dukungan moril, juga sempat ada biaya renovasi melalui Kesbangpol,” ucapnya.
“Juga kepada Freeport yang telah memberikan pekerjaan kepada saya sehingga hasil dari situ bisa saya sumbangkan membangun training center ini di timika untuk membantu banyak orang,” pungkasnya.