MIMIKA – TIFA Creative memberikan pernyataan serta peringatan keras kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika, dalam hal ini Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) yang telah melakukan tindakan tidak terpuji dengan mencomot foto-foto TIFA Creative tanpa izin.
Foto-foto yang merupakan hasil dokumentasi dari event Timika Inside Festival of Art (TIFA) tahun 2023 lalu diambil begitu saja dari internet dan digunakan sebagai foto pendukung di sebuah flyer iklan kegiatan yang akan diselenggarakan oleh Disparbudpora Mimika pada 26 Juni 2024 mendatang.
Alfo Smith selaku Art Director TIFA Creative mengungkapkan kekecewaannya setelah mengetahui kejadian tersebut.
“Jadi, malam hari ini, kita kaget kalau ada selebaran flyer event kebudayaan yang mereka sudah share di grup-grup media sosial dan segala macam. Nah, yang punya event itu dari Disparbudpora Mimika,” ujar Alfo kepada Galeripapua.com via telpon, Jumat (21/6/2024) malam.
Alfo menyebut, ada dua foto yang betul-betul murni milik TIFA Creative. Dia pun sempat menghubungi pihak dinas yang bersangkutan dan meminta pertanggungjawaban atas tindakan tidak terpuji tersebut.
“Mereka bilang katanya foto itu diambil dari Google. Yah mau diambil dari Google pun itu tetap foto milik TIFA Creative. Dan di situ sudah jelas keterangan fotonya kegiatan TIFA. Seharusnya mereka kontak kami, kordinasi dengan kami, dan meminta izin untuk pemakaian foto-foto itu. Jangan asal pakai saja. Tidak begitu caranya. Itu sama saja kami sebagai seniman tidak dihargai,” keluhnya.
Di samping itu, Alfo juga mengungkapkan bahwa setelah menghubungi dinas terkait, tak ada satu kata pun permintaan maaf yang dilontarkan.
“Saya sudah telpon juga orang yang desain flyer itu tapi tanggapannya sama sekali tidak ada permintaan maaf. Dia hanya bilang nanti dihapus, nanti ditarik. Bagi saya itu bukan jawaban yang tepat. Setidaknya dia harus minta maaf ke kita karena sudah terlanjur ambil foto-foto tanpa izin,” tegas Alfo.
“Ini kan juga mengenai hak cipta dan yang buat kegiatan ini dari instansi pemerintah yang jelas-jelas mereka punya lisensi. Mereka selalu berbicara tentang hak cipta, selalu bicara buat akta notaris, legalitas, dan sebagainya.Tapi nyatanya mereka sendiri yang benar-benar tidak menghargai hak cipta dari sanggar-sanggar seni yang ada di Timika,” imbuhnya.
Dia juga menegaskan, protes yang dilakukan ini bukan karena persoalan tidak menyukai kegiatan yang diadakan oleh Disparbudpora Mimika, melainkan karena apa yang dilakukan adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan.
“Kami tidak masalah mereka mau bikin kegiatan sebanyak apa. Mau berturut-turut dalam satu tahun itu terserah, tidak jadi masalah buat kita karena kita ini tujuannya sama-sama mau menghidupkan budaya, menghidupkan event-event dan pelaku budaya di sini. Itu pasti kita akan support dari belakang. Tapi dengan kejadian ini, kami rasa Disparbudpora sudah menodai bentuk penghargaan kepada pelaku seniman dan juga pelaku budaya,” tuturnya.

Alfo menyebut, teguran yang diberikan TIFA Creative ini adalah suatu bentuk peringatan kepada Disparbudpora agar ke depannya dapat lebih berhati-hati dalam berkarya.
“Jangan asal bikin event, terus pakai gambar tak karuan. Kami juga kecewa karena selama ini event kami tidak pernah disupport. Padahal kami sudah sangat lama koordinasi dengan mereka, tapi sampai saat ini, tidak ada sama sekali dukungan yang datang dari Disparbudpora. Sudah begitu, sekarang mereka bikin event, malah comot kami punya foto begitu saja. Sungguh sangat tidak terpuji,” tandas Alfo.
“Saya harap, dinas terkait alangkah baiknya buat banyak kegiatan supaya punya banyak dokumentasi, punya banyak hasil karya sendiri sehingga di kemudian hari punya kegiatan, mereka punya bukti-bukti hasil karya sudah ada. Jadi, tinggal gampang dipakai saja, tidak hanya asal copot dari internet, copot dari Google, terus langsung dipakai,” pungkasnya.
Senada dengan Alfo, Ketua Umum TIFA, Dina Merani, juga turut merasakan hal yang sama, tidak dihargai oleh pihak Diparbudpora.
“Kami cukup kaget kenapa dinas bisa seperti itu. Tanpa konfirmasi minta izin ke kami, langsung main comot begitu. Kami merasa sangat tidak dihargai, karena foto-foto itu hasil dari cucuran air mata dan keringat kerja keras kami,” kata Dina.
Dina menyebut dirinya sangat kecewa karena menurutnya foto-foto yang dihasilkan oleh TIFA Creative tidak semudah tindakan mengunduh foto dari Google seperti yang dilakukan Disparbudpora Mimika.
“Foto itu tidak gampang dihasilkan. Kami harus bikin suatu event, kami berusaha bagaimana caranya biar ada dokumentasi, kami harus cari properti, cari ini, cari itu, dan semuanya bisa memakan waktu yang pajang dan berdarah-darah perjuangannya. Tidak serta merta langsung jadi,” ungkapnya.
“Sudah berjuang setengah mati, terus tiba-tiba dipakai sama orang yang tidak ada rasa maaf, tidak ad rasa bersalah, tidak ada ucapan permisi. Bagi kami, itu berat sekali dan itu sangat-sangat menyakitkan,” imbuhnya.
Atas kejadian ini, Dina secara tegas meminta kepada pihak Diparbudpora Mimika untuk segera menurunkan foto-foto tersebut.
“Sebagai instansi pemerintah, seharusnya sudah sangat paham bahwa apa yang dilakukan itu tidak benar sama sekali. Itu sama saja dengan mencuri hasil karya kami. Kegiatan di foto juga sama sekali tidak ada kaitannya dengan Disparbudpora karena tidak ada campur tangan dinas. Itu murni kami sendiri yang berusaha tanpa bantuan dinas sedikit pun. Jadi, kami harap foto-foto itu secepatnya di-take down,” tegas Dina.
“Bagaimana budaya dan seni kreatif mau maju kalau dinas sebagai instansi pemerintah sendiri tidak menghargai hasil karya pelaku seniman dan pelaku kebudayaan di daerahnya sendiri,” tutupnya.
Galeripapua.com telah mengonfirmasi persoalan ini kepada dinas terkait. Kepala Diparbudpora Mimika, Jacob Toisuta, saat dihubungi, mengatakan dirinya belum mengetahui hal ini secara pasti lantaran dirinya masih berada di luar kota.
Dia pun mengarahkan untuk menghubungi langsung Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora.
Meski demikian, Jacob tetap memberikan tanggapannya bahwa setiap hasil karya sudah semestinya harus dihargai. Begitu juga dengan foto, harus tetap meminta izin untuk digunakan.
“Pada prinsipnya, kita harus menghargai pak Alfo Smith dari TIFA Creative. Bagaimana pun itu hasil karya Pak Alfo,” tutur Jacob.
“Saya kurang tahu apakah itu salah cetak atau mungkin sebagai bentuk mempromosikan TIFA juga. Yang jelas, kita harus menghargai bahwa itu karya Pak Alfo dan harus ada izin, ada kordinasi sebagai bentuk menghargai karya orang,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Mimika, Lidya Uden Tuling, ketika dihubungi menyampaikan permohonan maaf atas kejadian ini.
“Saya minta maaf ya. Jadi begini, staf kami ambil gambar itu dari Google. Mungkin menurut dia kalau di Google itu kan bisa saja kita ambil gambar toh, jadi mungkin pemikiran dia seperti itu,” jelas Lidya.
Lidya juga menyebutkan bahwa saat ini, event TIFA pun telah menjadi bagian dari Disparbudpora Mimika sehingga penggunaan foto-foto itu termasuk bentuk promosi kegiatan TIFA yang akan berkolaborasi dengan Disparbudpora Mimika.
“TIFA ini kan sekarang bagian dari kami juga. Kami kan mau kolaborasi. Jadi, mungkin di pikiran staf kami ini gak apa-apa. Kita kan juga sekalian promosi. Karena kan kami dengan mereka (TIFA) mau karnaval. Jadi itulah, kita tidak ada sama sekali niat bilang mau bagaimana-bagaimana,” katanya.
Dia juga mengaku telah menyampaikan permohonan maaf kepada pihak TIFA Creative melalui Alfo Smith.
“Saya juga sudah minta maaf sama Alfo karena saya tidak tahu, tidak lihat baik karena adik (staf) itu yang mengedit. Saya pikir itu gambar-gambar yang ini, tapi ternyata Pak Alfo ada komplain tadi dan saya juga sudah minta maaf. Kami juga sudah kasih keluar (foto-fotonya). Jadi, tidak ada lagi, sudah dihapus semua,” pungkasnya.