NDUGA — Informasi mengenai dugaan operasi penyerangan melalui udara oleh aparat TNI di wilayah Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, memicu kekhawatiran serius menjelang perayaan Natal.
Serangan tersebut dilaporkan terjadi di Distrik Gearek dan Wosak sejak 10 hingga 12 Desember 2025 dan berdampak pada warga sipil yang terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka.
Berdasarkan informasi yang beredar di masyarakat, pada 10 Desember 2025, aparat TNI diduga melakukan operasi udara dengan menggunakan tiga unit helikopter.
Serangan kemudian berlanjut pada 11 dan 12 Desember 2025 dengan keterlibatan enam unit helikopter yang dilaporkan melakukan pengeboman di kedua distrik tersebut.
Akibat situasi itu, warga sipil memilih mengungsi. Sebagian dilaporkan melarikan diri ke hutan-hutan, sementara lainnya bergerak menuju Distrik Kenyam.
Hingga hari ketiga pascakejadian, para pengungsi tersebut disebut belum tiba di Kenyam, menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan mereka di perjalanan.
Situasi ini mendapat perhatian keras dari Anggota DPR Provinsi Papua Pegunungan daerah pemilihan Nduga, Semianus Wandikbo.
Dalam rekaman pernyataan suara yang diterima redaksi, politisi dari Partai Gelora itu menyesalkan kejadian yang terjadi di bulan Desember, saat umat Kristen bersiap merayakan Natal.
“Kami minta sekali-kali biarkanlah kami Natal, biarkan kami sukacita, damai sejahtera, karena kami bersyukur kelahiran Tuhan Yesus,” ujar Semianus dalam pernyataannya.

Ia menegaskan bahwa sebagai wakil rakyat dari Distrik Gearek, dirinya merasa terpukul dengan dampak operasi tersebut terhadap masyarakat sipil.
Semianus menyebut bahwa setiap Desember, wilayah-wilayah di Nduga justru diwarnai trauma akibat kekerasan.
“Setiap Desember ini, hadiah Desember, hadiah Natal ini selalu saja kami makan bom-bom. Ini bahaya dan kami tidak ingin terjadi, tapi hari ini terjadi,” katanya.
Semianus juga secara tegas meminta Presiden Republik Indonesia, Panglima TNI, Kapolri, Pangdam, hingga Pangkogap untuk segera menarik aparat TNI dari Distrik Gearek dan Pasir Putih.
Ia menekankan bahwa warga sipil, terutama orang tua dan masyarakat yang tidak terlibat konflik, tidak boleh menjadi korban.
“Kami minta dengan tegas bahwa biarkan orang tua kami Natal dengan damai, jangan (dengan) trauma,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan kekhawatiran mendalam terhadap kondisi warga yang hingga kini masih mengungsi dan belum tiba di tempat tujuan.
“Jangan sampai di jalan, jangan sampai kenapa-kenapa. Kami tidak mau masyarakat sipil kami jadi korban,” tuturnya.

Menutup pernyataannya, Semianus kembali menekankan permintaan penarikan aparat dari wilayah tersebut agar masyarakat dapat merayakan Natal dengan aman dan damai.
“Biarkan masyarakat saya Natal dengan damai, jangan dalam keadaan trauma,” katanya.
Seorang informan kepada Galeripapua.com juga mengatakan bahwa situasi terkini di Distrik Gearek sedang dipenuhi rasa takut lantaran keberadaan aparat militer dan kini telah berstatus siaga 1.
“Dan situasi sekarang sangat darurat militer karena setelah serangan dari militer Indonesia di Distrik Gearek, mereka (militer) kuasai Distrik Gearek dan siaga 1,” ungkapnya.
Dia menyebut, warga yang mengungsi ke hutan-hutan sangat membutuhkan bantuan agar segera dievakuasi.
“Warga sedang mengungsi ke hutan-hutan dan mereka butuh bantuan dari semua pihak untuk evakuasi,” tuturnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak TNI terkait informasi dugaan serangan udara maupun kondisi pengungsian warga di Distrik Gearek dan Wosak. Galeripapua.com masih berupaya menghimpun konfirmasi dari pihak-pihak terkait.














