WAMENA – Demi mewujudkan impian untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi, Markus Yelimaken tak kenal lelah mengayuh pedal becak untuk mencari duit sebagai biaya kuliah.
Markus merupakan seorang mahasiswa dari Program Studi Administrasi Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, di Universitas Amal Ilmiah Yapis, Wamena.
Sayangnya, Markus tidak bernasib mujur seperti anak-anak yang lain. Cobaan berat menghampiri Markus saat dirinya mengakhiri masa pelajarnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Yapis Wamena. Kedua orang tuanya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepergian kedua orang tua meninggalkan duka yang mendalam bagi Markus. Takdir yang tentunya tidak diinginkan oleh semua orang justru dialaminya.
Selain meninggalkan duka, kedua orang tuanya tentu punya keinginan agar Markus bisa mendapat gelar sarjana. Menahan pilu, Markus terpaksa harus berjuang seorang diri mewujudkan harapan mendiang kedua orang tuanya.
Di tengah kesedihan dan tantangan yang dihadapinya, Markus menunjukkan keteguhan hati dan semangat yang luar biasa.
Markus memutuskan untuk bekerja keras dengan memilih jalan yang tidak biasa untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang mahasiswa dan meraih gelar sarjana dengan menjadi tukang becak di Kota Wamena.
Profesi ini telah ia tunaikan sejak masih duduk di bangku SMK hingga berlanjut di perguruan tinggi. Seiring berjalannya waktu, Markus pun berhasil mengakhiri mewujudkan impian mendiang orang tuanya.
“Saat kedua orang tua saya meninggal, saya tidur di dalam honai, dan bertanya-tanya dengan cara apa untuk melanjutkan cita-cita saya sebagai seorang mahasiwa dan merai gelar sarjana,” tutur Markus, melalui sambungan telepon, Jumat (15/11/2024).
Markus menceritakan, dalam setahun sebagai mahasiswa akhir studi, Markus tetap kokoh dengan pendirianya untuk membagi waktu, yaitu mengikuti pembimbingan skripsi oleh dosen-dosenya.
Dan sepulang dari kampus, Markus mengayuh becaknya di jalanan kota. Dengan semangat dan ketekunan, ia membawa penumpang ke berbagai tujuan di kota bertajuk kota dingin tersebut.
Semua itu dilakukannya demi mengumpulkan lembar demi lembar uang untuk biaya akhir studinya yaitu wisuda.
“Becak yang saya bawa ini bukan punya saya, ada bos yang berikan ke saya untuk mengangkut penumpang, dan setiap hari saya harus panjar Rp30.000. kepada bos saya. Nanti lebihnya milik saya,” kata Markus.
Saat ditanya berapa untungnya, Markus mengaku dalam satu hari dia bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp200 ribu hingga Rp400 ribu dari mata pencahariannya itu.
“Tetapi biasanya sunyi, tidak dapat penumpang. Akhirnya saya pulang dan mencari kerja serabutan lainya seperti bantu para petani menggarap kebunnya,” tutur Markus.
“Saya biasa disuruh cabut rumput, atau mencanggkul dan menanam, juga biasanya membantu pikul barang dagangan mama-mama Papua ke pasar Putikelek. Setelah saya kerja, mereka biasa berikan saya uang lelahnya, yang tidak pasang harga, berapapun mereka kasih, yang penting saya bisa beli makan dan menabung untuk kuliah saya,” ujarnya menambahkan.
Semua hasil dari jerih payah yang didapat Markus bertahun-tahun ini dikumpulkan untuk menopang kebutuhan kuliahnya hingga dia berhasil menyelesaikan kuliahnya dan mendapat gelar sarjana.
Akhirnya, berbekal kerja keras dan dukungan dari orang-orang di sekitar, Markus berhasil mengumpulkan cukup uang membayar Yudisium dan Wisuda ke-XVI di Kampus Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena.
Namanya telah diinformasikan oleh pihak kampus sebagai salah satu wisudawan. Markus akan diyudisiumkan pada 18 November 2024 dan selanjutnya mengikuti prosesi wisuda pada tanggal 20 November 2024 mendatang.
Markus menjadi contoh nyata bahwa dengan tekad yang kuat dan usaha yang gigih, segala rintangan bisa diatasi.
Kisah Markus Yelimaken kini menjadi inspirasi bagi banyak orang, mengajarkan bahwa tidak ada hal yang mustahil jika kita mau berusaha dan berjuang.
Sebagai tambahan, Markus Yelimaken berasal dari Kampung Amuma, Distrik Amuma, Kabupaten Yahukimo, karena sulitnya menempuh pendidikan di kabupaten asalnya, dirinya memilih melanjutakan pendidikan SMP dan SMA hingga di perguruan tinggi di Kota Wamena.
Sebagai anak yatim piatu, Markus menumpang tinggal bersama keluarga dari sang Ibunda di Kota Wamena hingga sekarang.
Update berita terbaru lainnya dengan mengikuti saluran Galeripapua.com WhatsApp Channel. Klik link berikut https://whatsapp.com/channel/0029VafbmilChq6Dj7IL2i46