MIMIKA – Ultimate frisbee atau olahraga piring terbang mungkin masih terdengar asing di kalangan masyarakat pada umumnya. Namun, olahraga yang satu ini tampak mulai membumi di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Sore itu, Sabtu (8/2/2025), di Lapangan Sepak Bola Kuala Kencana, Mimika, sejumlah pemuda-pemudi, yang tergabung dalam tim frisbee dari Timika yakni The Magical Mambruk, sedang asyik berlatih melempar dan menangkap piring terbang.
Mereka terlihat begitu bersemangat untuk mempelajari macam-macam teknik dan strategi yang diajarkan langsung oleh seorang pelatih, Rachel Lorentzen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepada Galeripapua.com, Rachel menjelaskan bahwa olahraga frisbee adalah olahraga tim yang dimainkan menggunakan piring terbang. Olahraga ini merupakan kombinasi dari basket, voli, dan american football.
Di dalam pertandingan, masing-masing tim terdiri dari tujuh pemain. Setiap tim harus melempar piring terbang dari satu pemain ke pemain lainnya hingga melewati batas di ujung area tim lawan.
Adapun keunikan dari olahraga ini sendiri adalah tidak menggunakan wasit (self-officiated). Untuk itu, setiap pemain wajib mengetahui aturan cara bermain serta bertindak dengan penuh perhatian dan adil. Tak hanya itu, frisbee juga bersifat non-kontak.
Perkembangan Frisbee di Indonesia hingga Mimika
Di Indonesia, frisbee sudah cukup populer di Jakarta dan Bali. Olahraga ini kabarnya tengah didorong menjadi cabang olahraga resmi oleh Komite Olahraga Nasiona Indonesia (KONI).
Adapun organisasi yang menaungi olahraga ini bernama Perkumpulan Piring Terbang Indonesia (PPTI).
Selain Jakarta dan Bali, frisbee saat ini juga telah masuk ke Kabupaten Mimika melalui Papua Ultimate Frisbee, komunitas frisbee untuk wilayah Papua. Komunitas ini bermarkas di Kuala Kencana, Mimika.
Rachel mengatakan, tahun 2022 lalu adalah awal yang tidak mudah bagi Papua Ultimate Frisbee untuk memperkenalkan olahraga piring terbang kepada kalangan masyarakat di Bumi Amungsa.
Dijelaskan bahwa pada saat itu, ia mengajak beberapa kerabatnya dari Amerika untuk melakukan sosialisasi di lingkungan Kuala Kencana.
Dari situ, mereka akhirnya mampu menarik minat pemuda-pemudi untuk mulai berlatih.
Bibit-bibit pemain pun bermunculan, dibuktikan dengan jumlah keanggotaan yang terus bertambah.

Berbagai metode latihan sesuai dengan porsi untuk masing-masing atlet terus ditingkatkan hingga pada akhirnya mereka pun berhasil berangkat ke Bali untuk mengikuti turnamen tahunan Nusantara Cup.
“Saya tahu di Indonesia perkembangannya sudah sangat besar. Di Jakarta dan Bali sudah ada komunitas cukup besar. Jadi setiap tahun, sejak 20 tahun lebih itu, ada turnamen besar di Bali dan itu turnamen internasional,” kata Rachel saat ditemui sesudah melatih anak-anak asuhannya, Sabtu (8/2/2025)
“Pada tahun 2023, untuk pertama kalinya kami bawa satu tim dari sini (Mimika) namanya The Magical Mambruk dari Papua ke Bali untuk melawan tim lain (dari berbagai negara-red). Lalu tahun 2024 kemarin, kami juga kirim satu tim ke sana,” ujarnya menambahkan.
Kiprah Papua Ultimate Frisbee tak hanya sampai di situ, upaya untuk membumikan frisbee di Mimika masih terus belanjut. Komunitas ini bahkan membuka ruang bagi siapapun yang ingin mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari keluarga besar Papua Ultimate Frisbee.
Rachel mengatakan, pihaknya optimis untuk kembali mengirim tim mengikuti Nusantara Cup yang dijadwalkan pada tanggal 18 – 19 April 2025 di Kuta, Bali.
Saat ini, Papua Ultimate Frisbee telah memiliki sebanyak 20-an anggota aktif yang senantiasa masih terus berlatih.
Kata Rachel, selain di Kuala Kencana, pihaknya juga kerap melakukan outreach di beberapa wilayah di Kabupaten Mimika seperti di Kampung Ayuka dan Kampung Tipuka.
Tantangan dan Kendala yang Dihadapi
Tantangan paling besar untuk menyosialisasikan frisbee di Kabupaten Mimika adalah infrastruktur lapangan yang belum memadai. Hal ini dikarenakan olahraga piring terbang harus dimainkan di lapangan rumput.
Papua Ultimate Frisbee sejauh ini selalu bekerja secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan latihan maupun biaya akomodasi hingga keberangkatan mengikuti turnamen.

Selain dengan menggalang dana melalui kegiatan-kegiatan positif, ada juga pihak-pihak yang kerap membantu perjalanan tim ini, di antaranya komunitas-komunitas internasional frisbee dari negara-negara lain dan juga beberapa perusahaan seperti PT Freeport Indonesia, PJP Power, Sandvik, hingga Waanal Cafe.
“Kami cukup mendapatkan bantuan dari komunitas dan ada juga perusahaan,” tutur Rachel.
Rachel sangat berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika pun dapat melirik olahraga ini dan membantu menyediakan infrastruktur yang memadai. Pihaknya sangat siap untuk memberikan pelatihan secara gratis bagi siapapun yang ingin bergabung.
Pengalaman Mengikuti Berbagai Turnamen Frisbee
Seorang atlet asal Papua yang tergabung dalam Papua Ultimate Frisbee, Chaterine Abigail Kora, menceritakan bahwa pertama kalinya ia tergabung di dalam Papua Ultimate Frisbee pada tahun 2022 lalu.
Saat itu, Chaterine baru menyelesaikan pendidikan SMA. Karena kegigihannya dalam berlatih, Chaterine pun terpilih untuk mewakili tim membawa nama Mimika bertanding di Nusantara Cup yang dilaksanakan di Bali.

“Kemudian di tahun 2023 itu kita membawa tim yang namanya The Magical Mambruk dan itu pertama kalinya tim Papua kita main di sana,” ujarnya.
Selama aktif di Papua Ultimate Frisbee, Chaterine mengaku telah banyak mendapat pengalaman yang mana telah membuka ruang interaksinya dengan banyak orang, baik di dalam negeri maupun mancanegara.
Itu menjadi hal positif yang ia dapat. Bahkan, Chaterine juga pernah mewakili Indonesia untuk mengikuti turnamen frisbee di Malaysia tahun 2024.
“Sekarang saya juga akan bermain mewakili Indonesia di Malaysia nanti,” ucapnya.
Chaterine berharap olahraga piring terbang dapat dikenal luas di masyarakat serta dapat membangun potensi anak-anak muda, tak hanya di Mimika namun secara umum di tanah Papua.

Atlet piring terbang lainnya, Waysan Mambri Papua Mansawan, dalam kesempatan tersebut juga menceritakan pengalamannya selama menjadi bagian dari Papua Ultimate Frisbee.
Pria yang kerap disapa Papua ini mengatakan alasan ia lebih memilih olahraga piring terbang karena sangat jauh berbeda dengan olahraga-olahraga lainnya.
Baik dari proses latihan, metode permainan, serta kedisiplinan yang ditanamkan bagi setiap pemain dalam olahraga ini menjadi tantangan tersendiri baginya.
“Kalau (olahraga) lain kan kita biasa cuma main sembarang-sembarang, main biasa-biasa saja. Kalau di sini bagusnya reguler macam latihan hari apa, dari jam berapa sampai jam berapa. Jadi, ada disiplinnya begitu. Terus tujuannya jelas,” ungkapnya.

Meski masih terbilang baru dalam dunia olahraga piring terbang, Papua mengaku bahwa ia telah diberi kesempatan untuk ikut bertanding dalam turnamen Nusantara Cup di Bali pada 2024 lalu. Ini merupakan momen paling berharga baginya.
“Memang di situ kita kelihatan jauh beda sekali karena kitakan baru toh, tapi saya lihat potensi bagus di Papua karena kita punya talenta bagus,” tambahnya.
Ia pun mengajak muda-mudi di Mimika yang gemar berolahraga agar dapat mencoba olahraga frisbee atau piring terbang ini dan ikut menjadi bagian dari Papua Ultimate Frisbee.
Frisbee Tak Sekadar Olahraga
Sebagai olahraga yang tak memiliki wasit dan harus menjunjung tinggi kejujuran serta sportivitas, frisbee tentunya turut membentuk karakter para pemain ke arah yang positif.
Manager Papua Ultimate Frisbee, Elis Mandibondibo, menyebut setiap aturan telah melekat pada diri masing-masing pemain. Mereka tidak boleh melakukan pelanggaran keras dalam bentuk apapun terhadap pemain lawan.

“Jadi, selain anak-anak harus junjung tinggi sportmanship, jaga integritas, dan tidak main body, olahraga ini juga sebenarnya ngajarin mereka value yang bisa dipakai dalam kehidupan tuh tidak perlu tackle orang. Kalau ko (kamu) punya skill bagus, punya strategi bagus, punya kerja tim yang bagus, ko bisa tetap sampai ke tujuan tanpa harus senggol orang,” jelas Elis.
“Jadi, nilai-nilainya bagus, itu bisa diterapkan ke kehidupan sehari-hari, di lingkungan sekolah, di pekerjaan,” imbuhnya.
Elis mengatakan, pihaknya punya kerinduan yang besar untuk membawa olahraga ini dapat dikenal luas di tengah-tengah masyarakat, terutama di lingkungan sekolah. Namun sampai saat ini, ruang untuk menyosialisasikan olahraga frisbee belum begitu terbuka di Mimika.