MIMIKA – Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D. Fakhiri, menegaskan bahwa tidak akan ada barter antara Egianus Kogoya dengan negara dalam upaya pembebasan Pilot Susi Air, Kapten Philips Mark Mehrtens.
Hal itu ia tegaskan saat dijumpai awak media usai melaksanakan kegiatan peletakan baru pertama pembangunan gedung Satpas SIM di Jalan WR Soepratman, Timika, Papua Tengah, Selasa (11/7/2023).
Irjen Pol Fakhiri menyebutkan bahwa Egianus Kogoya adalah bagian dari warga negara Indonesia sehingga tidak ada solusi barter dengan negara.
“Tidak ada solusi lain. Kembalikan pilot. Barternya tidak ada yang lain. Tidak ada barter antara Egi dengan negara. Egi itu warga negara Indonesia. Siapa yang bilang Egi warga negara Papua Merdeka, nggak ada. Dia masih warga negara indonesia. Jadi negara tidak bisa bicara dengan negara,” tutur Fakhiri.
“Jadi, ini kami bicara dengan warga masyarakat kami. Dia tidak bisa memberikan tawaran lain. Tidak ada tawaran merdeka atau minta senjata dan amunisi, tidak ada. Aparat TNI tidak akan berbicara yang masalah itu,” imbuhnya.
Saat ditanya mengenai keberadaan pilot, Irjen Pol Fakhiri mengungkapkan bahwa sampai dengan saat ini, pilot Susi Air tersebut masih berada di kawasan wilayah Nduga, Papua Pegunungan.
“Iya, pilot masih ada di wilayah Nduga. Kondisi pilot aman-aman dan sehat,” ungkapnya.
Lebih lanjut Fakhiri menyampaikan bahwa dalam upaya penyelamatan pilot, pihaknya masih terus membangun komunikasi dengan semua pihak.
“Kemarin saya sampaikan di Jayapura, saya laporkan ke Presiden bahwa itu semua akan kita upayakan maksimal,” tuturnya.
Dikatakan sejak awal penyanderaan pilot pada 7 Februari 2023 lalu, dirinya telah mengundang Pj Bupati Nduga, Ketua DPRD Nduga, Kapolres Nduga, dan juga pihak gereja Kingmi pada 9 Februari 2023.
“Kita minta untuk membantu saya selaku Kapolda untuk mengupayakan bagaimana pilot itu bisa kembali dalam keadaan selamat dan utuh. Tidak ada win-win lain,” kata Fakhiri.
Di kesempatan ini juga, Fakhiri kembali meminta agar pembicaraan tentang Rp5 miliar tidak lagi dipelintir.
“Itu kan pembicaraan Kapolda dengan Pj Bupati yang lama dan DPRD. Pembicaraannya, kalau nanti Egi minta itu uang, ya dikasih saja, gak apa-apa, yang penting saya batasi tidak boleh lebih dari Rp5 miliar. Itu pembicaraan kita untuk bernegosiasi awal,” jelas Fakhiri.
“Memang di perjalanan waktu awal itu bagus, tetapi karena ada masukan kiri-kanan yang menghasut atau bagaimana sampai Egi berubah pikiran sehingga komunikasi itu putus,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut Fakhiri, ada pihak-pihak lain yang terlihat ingin memanfaatkan momen itu untuk menemui Egianus Kogoya.
“Karena Kapolda ngomong begitu, sudah berangkat dia sampai ke tempat Egi, bahkan Egi mengancam akan membunuh orang itu,” tuturnya.
Fakhiri mengatakan semenjak saat itu, komunikasi dengan Egianus Kogoya terputus hingga Pj bupati lama diganti.
“Saya tiga kali ketemu Pj bupati itu, terkahir saya dengan bapak Pangkogap sebelumnya, bertemu di RPH (Rimba Papua Hotel di Timika), saya omong agak keras karena beliau menjanjikan kepada pimpinan negara dikasih waktu dua minggu. Sampai waktu itu tidak pernah ada komunikasi lanjutan sehingga itulah saya tegur aga keras,” terang Fakhiri.
“Kita berharap dengan Pj Bupati yang baru ini bisa lakukan komunikasi yang intens dengan keluarga di dalam, dengan Egi, dan keluarga besar supaya kita bisa mendapat pilot itu dengan baik,” pungkasnya.