MANOKWARI – Ribuan warga dari berbagai daerah tiba di Pulau Mansinam, Papua Barat, untuk merayakan Peringatan Pekabaran Injil di Tanah Papua, Senin (5/2/2024).
Usia Pekabaran Injil di Tanah Papua saat ini telah memasuki tahun ke-169 sejak dua misionaris Kristen dari Jerman, Carl Willem Ottow dan Johann Gottlieb Geissler, tiba pada 5 Februari 1855 silam.
Kebetulan menurut kalender, keduanya saat itu pun tiba di Pulau Mansinam pada hari Senin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Wakil Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pendeta Hizkia Rollo, menyebutkan bahwa ketika kedua misionaris itu membuang sauh di Teluk Doreh, matahari pagi terbit dengan indah.
“Kiranya matahari kebenaran atau matahari yang sesungguhnya, menyinari kami dan orang-orang yang malang di atas negeri ini,” Hizkia menyebut Johann Gottlieb Geissler menuliskan kalimat itu dalam catatan hariannya.
Carl Willem Ottow dan Johann Gottlieb Geissler kemudian memanjatkan doa ‘dengan nama Tuhan, kami menginjakkan kaki di atas tanah ini’. Doa diucapkan keduanya dengan posisi berlutut di pantai Pulau Mansinam.
Tindakan itu menjadi peringatan agar umat Kristen bertindak dengan didasari pada doa.
“Kalau tanpa doa, maka sia-sialah segala upaya mereka berdua tiba di Tanah Papua dalam tugas mulia, untuk membawa bangsa Papua masuk kerajaan sorga,” kata Hizkia.
Dia mengingatkan, kedua tokoh itu tidak datang ke Tanah Papua untuk mengambil emas. Tidak juga untuk mengambil tembaga, nikel, uranium, bijih besi, minyak bumi, pohon, dan burung-burung di udara.
Tugas utama keduanya ke Papua untuk “mutiara hitam”. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan selalu datang pada Tuhan.
Kedua tokoh penginjil itu dinilai pantas menyandang gelar ‘Rasul Papua’. Tugas keduanya terbukti berjalan sampai akhir hayat.
Bahkan Carl Willem Ottow di akhir hidupnya berdoa “Kiranya di sorga nanti, saya berjumpa dengan anak Papua yang diselamatkan dari hasil Pekabaran Injil”.
Penjabat Gubernur Papua Barat, Ali Baham Temongmere, menyebut Carl Willem Ottow dan Johann Gottlieb Geissler tiba di Mansinam dengan kawalan kapal Kesultanan Ternate.
La Udin, kapten kapal yang membawa keduanya juga menjadi saksi saat Carl Willem Ottow dan Johann Gottlieb Geissler tiba di Mansinam dan memanjatkan doa.
La Udin juga mengetahui kedua tamu di kapalnya itu telah melakukan perjalanan jauh sebelum akhirnya tiba di Batavia, Makassar, kemudian Ternate sebelum diantar ke Papua.
“Kala itu La Udin yang merupakan seorang muslim menjadi saksi. 169 tahun kemudian, saya dan Velix Wanggai (Pj Gubernur Papua Pegunungan) menjadi saksi perkembangan luar biasa Injil di Tanah Papua,” klaim Ali Baham.
Ajaran kasih yang dibawa misionaris Kristen itu dinilai membawa hasil untuk membuat manusia menyebarkan tentang rasa, sifat Tuhan di dalam hati yang diwujudkan dalam bentuk kasih sayang kepada seluruh umat manusia.
Berdasarkan tema Pekabaran Injil ke-169 tahun “Wartakan Injil, Damaikan Bumi”, diharapkan menjadi ancang-ancang untuk membawa pesan damai kepada semua orang dalam segala situasi.
Velix Wanggai yang hadir mewakili Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin mengatakan bahwa dalam agenda mewujudkan keadilan, perdamaian, dan kesejahteraan di Tanah Papua, pemerintah memberi apresiasi besar atas pelayanan yang telah dilakukan gereja.
“Sebelum hadirnya negara, sebelum hadirnya pemerintah, para pelayan-pelayan gereja telah mengabarkan kasih kepada kita semua di tanah ini,” terang Velix.
“Sehingga kasih menembus perbedaan, menembus batas, gelombang di ujung-ujung tanjung, rawa, Selatan sampai Utara Papua. Kasih juga menembus lembah dan gunung penuh misteri,” tuturnya.
Kemandirian gereja diharapkan dapat terwujud. Termasuk di dalamnya keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Ketua Panitia HUT Pekabaran Injil ke-169 Tahun, Dominggus Mandacan, memperkirakan ada 15 ribu orang yang hadir di hari itu yang datang dari Papua maupun luar Papua.
Rangkaian kegiatan sudah digelar beberapa hari sebelumnya melalui Talk Show “Injil dan Peradaban” pada 2 Februari 2024 serta Pawai Budaya sehari kemudian.
“Tercatat, Pawai Budaya diikuti 7.317 peserta dari berbagai ikatan keluarga maupun paguyuban serta instansi pemerintah,” pungkas Gubernur Papua Barat periode 2017-2022 tersebut.