MIMIKA – Tokoh Masyarakat Kamoro, Dr. Leonardus Tumuka, S.Ip., M.Si., meminta pihak Yayasan Caritas Timika Papua (YCTP) segera mengevaluasi kinerja dari seorang Sekretaris Eksekutif YCTP.
Leo mengaku telah mendapatkan berbagai keluhan dari karyawan maupun pekerja medis di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) terkait kinerja Sekretaris Eksekutif yang dinilai kurang profesional sehingga membuat banyak pekerja di RSMM yang menjadi resah.
“Karyawan di rumah sakit beberapa kali menghubungi saya. Mereka sangat resah dengan adanya pola yang diterapkan oleh salah satu pemimpin di tingkat yayasan yaitu Sekretaris Eksekutifnya,” ujar Leo saat jumpa pers di Timika, Papua Tengah, Kamis (6/7/2023) malam.
“Sekretaris Eksekutif di YCTP itu dianggap tidak begitu profesional untuk menyampaikan informasi, terlebih ketika beliau berpikir tentang sesuatu termasuk menegur karyawan bisa langsung di depan-depan dan pada saat itu juga (dia) bisa mengganti orang,” imbuhnya.
Leo mengungkapkan bahwa sampai dengan saat ini, banyak pekerja di RSMM yang sudah merasa tidak nyaman. Banyak pula yang memilih untuk mengundurkan diri.
“Tidak ada yang berani bicara, makanya saya berdiri bicara untuk mereka. Banyak yang sudah mengundurkan diri. Ada juga yang dipindahkan,” ungkapnya.
Leo, yang juga merupakan mantan Ketua YCTP, menegaskan bahwa dalam pengelolaan sebuah rumah sakit, mekanisme mengganti pekerja harus melalui pedoman organisasi. Tidak boleh serta-merta dilakukan secara semena-mena.
“Rumah sakit itu punya aturan sendiri. Dia punya pedoman-pedoman organisasi pengelolaan rumah sakit. Dalam hirarki, kepalanya itu harus mengevaluasi kinerja dulu,” jelas Leo.
“Setelah dilihat kinerjanya, kalau memang bagus, bisa ditempatkan untuk memperkuat departemen atau unit yang lain, itu baru digeser. Jadi, setelah bicara dulu baru diputuskan oleh direksi rumah sakit. Tapi ini dia ganti semaunya,” lanjut Leo.
Di samping itu, Leo melihat bahwa perekrutan sumber daya manusia (SDM) orang asli Papua pun sudah tidak sesuai dengan visi RSMM. Sekretaris Eksekutif malah lebih sering mendatangkan SDM dari luar.
“Salah satu visi pelayanan RSMM itu kan peningkatan profesionalisme 7 suku. Dan Amungme – Kamoro itu salah satu yang dominan harusnya dilakukan. Kita lihat hari ini hampir tidak ada,” tandasnya.
“Tim medis diganti seenaknya, karyawan diinstruksikan untuk diganti semaunya. Lalu datangkan SDM dari luar dan lupa untuk merekrut SDM orang asli Papua dan Amungme – Kamoro,” tambah Leo.
Melihat persoalan ini, Leo yang juga selalu Tokoh Pemuda meminta pihak YCTP terutama bagian pengurus untuk segera menindaklanjuti atau meninjau kembali kinerja dan posisi dari sosok Sekretaris Eksekutif.
Menurutnya, sosok tersebut sebetulnya tidak cocok ditempatkan sebagai Sekretaris Eksekutif karena tidak begitu memahami pengelolaan rumah sakit.
“Kita tahulah saudara-saudara kita yang terpanggil untuk menjadi perawat, dokter, itu mereka semua tenaga-tenaga profesi yang terlatih secara khusus untuk menangani orang sakit, bukan orang normal. Kalau sampai orang yang tidak paham manajemen rumah sakit ditugaskan mengelola rumah sakit tentu akan menggangu aktivitas psikologi seluruh karyawan dan ini tentu tidak baik untuk pelayanan,” ujarnya.
Untuk itu, hemat Leo, pihak Keuskupan Timika, terutama di tingkat pengurus pada YCTP termasuk badan pembina harus mengevaluasi penempatan Sekretaris Eksekutif untuk diganti oleh orang yang lebih profesional dan lebih paham tentang mekanisme pengelolaan rumah sakit.
“Ini penting sekali karena ini berkaitan dengan keberlangsungan operasional rumah sakit dan juga kondisi karyawan yang ada di sana, biar mereka lebih tenang bekerja. Jadi, intinya perlu dievaluasi posisi Sekretaris Eksekutif di RSMM terutama di YCTP karena posisi Sekretaris Eksekutif ada di YCTP,” pungkasnya.
Sementara Ketua YCTP, Anthonius Tapipea, saat dikonfirmasi mengatakan bahwa dirinya menerima semua masukan dan kritik yang dilayangkan kepada YCTP.
“Tidak apa-apa kalau karyawan merasa harus menyampaikan hal ini kepada Pak Leo untuk melihat kinerjanya Sekretaris Eksekutif. Itu penilaian publik dan dikembalikan kepada yayasan. Saya pikir itu hal yang luar biasa, nanti saya evaluasi dan akan bersama-sama menyampaikan hal ini kepada Badan Pembina,” ujarnya via telpon.
“Artinya kita juga harus menghargai norma-norma di dalam tempat kerja. Tempat kerja itu kan ada HAM, itu juga penting. Kalau orang merasa tidak nyaman atau bagaimana, ya dia boleh menyampaikan itu kepada pihak lain untuk harus menyuarakan hal itu. Dan saya pikir itu positif saja,” imbuhnya.
Kendati demikian, Anthon mengaku tidak dapat melakukan intervensi terlalu jauh karena seperti yang diketahui sosok Sekretaris Eksekutif saat ini merupakan representasi langsung dari Keuskupan Timika.
Dia juga mengatakan bahwa apa yang terjadi saat ini pada YCTP disebabkan oleh bentuk-bentuk intervensi antara pihak YPMAK dan PT Freeport Indonesia pada operasional YCTP.
“Tindakan itu membuat kami harus bekerja mendalam begitu. Jadi, perombakan-perombakan yang terjadi itu wujud dari pada tekanan kerja yang saat ini harus kita lakukan karena banyak perubahan-perubahan,” tuturnya.
“RSMM tidak seperti dulu yang operasionalnya berjalan tanpa YPMAK harus begini-begitu. Sekarang YPMAK harus masuk melihat semua bagaimana kinerjanya kita, itu yang sekarang menjadi soal,” jelas Anthon.
Saat ditanya terkait pekerja yang mengundurkan diri, Anthon mengaku pernah mendengarnya. Namun, belum ada laporan tertulis secara resmi.
“Saya pikir itu urusannya direktur rumah sakit dengan sekretaris eksekutif. Jadi kalau memang ada laporan itu secara tertulis ke saya pun nanti saya akomodir atau memperhatikan hal itu, tapi selama ini belum ada laporan tertulis resmi ke saya,” pungkasnya.