INTAN JAYA – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengklaim bertanggung jawab atas penyerangan pada 19 Januari 2024 di Intan Jaya, Papua Tengah, yang menewaskan personel Operasi Damai Cartenz 2024, Briptu Anumerta Alfando Steve Karamoy.
Berdasarkan siaran pers yang diterima Galeripapua.com pada Sabtu (20/1/2024) malam, Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, menyampaikan pihaknya telah menerima laporan langsung dari pasukan TPNPB Komando Wilayah VIII Intan Jaya.
Dalam laporan tersebut, Panglima Undius Kogeya selaku pimpinan TPNPB Kodap VIII Intan Jaya, menegaskan bahwa pasukannya bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Dia menjelaskan, kontak senjata antara TPNPB-OPM yang dipimpin Komandan Perang, Yosua Maiseni, dan TNI-Polri terjadi sekitar pukul 16.00 waktu setempat.
“Lokasi baku tembak di Sugapa, Ibu Kota Kabupaten Intan Jaya-Papua,” ujarnya.
“Sementara dilaporkan bahwa satu anggota Brimob kena tembak,” kata Undius menambahkan.
Di dalam siaran pers tersebut, Undius bersama pasukannya juga membeberkan dua hal yang menjadi alasan penyerangan.
Kedua hal itu berkaitan dengan rencana pembangunan wisata patung Yesus di Kampung Bilogai dan isu rencana eksplorasi serta eksploitasi sumber daya alam di Intan Jaya yakni Blok Wabu.
“TPNPB-OPM menolak dengan sikap bahwa: 1. Penolakan patung Yesus di Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah. 2. (Aksi demo) Penolakan PT Antam Blok Wabu dari beberapa hari lalu (di Nabire) ternyata TNI-Polri tidak puas sehingga memaksa untuk minta tanda tangan kepada pasukan TPNPB-OPM. Akhirnya pasukan perang hari ini,” jelas Undius.
Di luar dari siaran pers, Jubir Sebby Sambom menambahkan, pemaksaan tanda tangan yang dimaksud adalah tanda tangan permintaan kerja sama oleh TNI kepada TPNPB.
“Itu TNI minta TPNPB kerja sama, tapi ditolak,” jelas Sebby singkat saat ditanyakan perihal maksud dari tanda tangan tersebut.
Informasi lainnya yang dihimpun Galeripapua.com, pembangunan wisata patung Yesus yang dicanangkan sebagai simbol perdamaian itu diketahui merupakan inisiatif dari pihak TNI yang mana telah dilakukan peninjauan lokasi dan disetujui oleh Pemda setempat pada Oktober 2023 lalu.
Meski demikian pembangunan wisata tersebut pun rupanya mendapatkan penolakan dari berbagai lapisan masyarakat, di antaranya para mahasiswa dan pelajar asal Intan Jaya.
Untuk diketahui, Ikatan pelajar dan mahasiswa Moni kota studi Makassar, Sulawesi Selatan, yang tergabung dalam Forum Solidaritas Mahasiswa Pelajar Intan Jaya se-Indonesia, pada November 2023 lalu, menggelar aksi penolakan terhadap pembangunan patung Yesus tersebut.
Penolakan itu dilakukan lantaran mereka menilai pembangunan patung Yesus merupakan permainan Pemerintah Pusat sebagai pintu masuknya eksploitasi tambang Blok Wabu.
“Kami melihat ada maksud lain tentang rencana itu, karena hingga kini situasi Intan Jaya belum kondusif. Jangan sampai dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan berkaitan dengan mengatasnamakan Pemerintah Daerah, gereja, masyarakat, dengan berbagai permainan Pemerintah Pusat untuk masuknya eksploitasi tambang Blok Wabu di Intan Jaya,” ujar Koordinator Forum Solidaritas Mahasiswa Pelajar Intan Jaya se-Indonesia, Andarias Sondegau, dalam siaran persnya waktu itu.
Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz, AKBP Dr. Bayu Suseno, saat dimintai tanggapan perihal tudingan pemaksaan tanda tangan oleh TNI-Polri menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki kaitannya dengan urusan Blok Wabu.
“Kalau urusan Blok Wabu coba ditanyakan ke Pemerintah Pusat. Kami dari ODC (Operasi Damai Cartenz) tidak ada kaitan dengan urusan Blok Wabu,” ujarnya via pesan WhatsApp, Minggu (21/1/2024) pagi.
Sementara Kapolres Intan Jaya, AKBP Afrizal Asri, merasa tidak adanya pemaksaan tanda tangan yang dilakukan TNI-Polri terkait eksplorasi Blok Wabu.
“Kalau untuk pemaksaan tanda tangan masalah Blok Wabu itu, saya rasa tidak ada dilakukan oleh TNI dan Polri di Intan Jaya. Saya pribadi saja tidak pernah tahu permasalahan tanda tangan Blok Wabu itu kapan dibicarakan. Saya hanya tahu melalui media yang memuat tentang demo mahasiswa Intan Jaya di Nabire yang menolak Blok Wabu,” tutur Afrizal.
“Untuk pembangunan Patung Yesus di Sugapa, Intan Jaya, saya tidak tahu persis seperti apa rencana dan maksud pembangunannya tersebut,” imbuhnya.
Sedangkan Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo, saat dikonfirmasi, meminta waktu untuk dicek terlebih dahulu.
“Mohon waktu,” jawabnya singkat.
Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kol CZI IGN Suriastawa, turut membantah tudingan dari TPNPB-OPM.
Menurutnya tudingan soal pemaksaan tanda tangan yang dilayangkan TPNPB-OPM atau yang biasa disebut oleh aparat keamanan sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB) adalah alasan yang konyol dan tidak jelas.
“Itu alasan yang tidak jelas, konyol. Biasalah KKB untuk membenarkan tindakannya melakukan tindakan kekerasan di Papua selalu buat alasan yang aneh-aneh,” tandasnya.
Dia juga menegaskan bahwa pembangunan wisata rohani patung Yesus tidak ada hubungannya dengan Blok Wabu.
“Logikanya, apa hubungan wisata dengan Blok Wabu? Ini juga pemikiran yang aneh. Wisata religius dibangun untuk peningkatan wisata di Papua dan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat Papua. Lihat contohnya Bali, rakyatnya maju karena wisata religius dan budaya. Janganlah berpikiran aneh-aneh. Tuluslah bangun papua. Kalau tidak bisa bantu materi, bantulah dengan ide-ide dan doa. kalaupun tidak bisa juga, minimal janganlah jadi penghalang kemajuan Rakyat Papua,” ujarnya.
Menurut Suriastawa, sebenarnya keinginan utama KKB adalah bagaimana aparat TNI-Polri tidak lagi berada di Papua sehingga mereka bisa bebas melakukan teror kepada masyarakat dengan pembantaian secara sadis dan brutal, termasuk penghancuran obyek vital yang sesungguhnya sangat dibutuhkan rakyat Papua.
“Semua yang dilakukan TNI-Polri selama ini diputarbalikan. Berbuat untuk mengawal pembangunan yang dicanangkan pemerintah untuk memajukan Papua selalu dihambat dengan menganiaya dan tidak segan-segan membunuh tukang/buruh bangunan,” tutur Suriastawa.
“Proses pendidikan di Papua dihambat dengan cara membunuh tenaga pengajar sehingga aparat TNI-Polri turun tangan dengan menjadi tenaga pengajar sementara di Papua,” imbuhnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, dalam meningkatkan kesehatan rakyat Papua, KKB juga meneror dengan membunuh tenaga kesehatan yang ada di Papua sehingga aparat TNI-Polri sering melaksanakan bakti sosial dengan melakukan pengobatan massal dan gratis terhadap rakyat Papua.
“Dalam mendukung transportasi, khususnya di pedalaman, KKB bangga membakar pesawat bahkan sampai saat ini, pilotnya masih ditawan. Padahal transportasi itu untuk mengangkut bahan-bahan sembako untuk rakyat pedalaman Papua. Kemajuan komunikasi di papua, KKB bangga membakar tower-tower satelit yang dibangun pemerintah sehingga jaringan internet di Papua jadi sering terganggu,” jelasnya.
Sementara terkait pengembangan sumber daya alam yang mana untuk mendukung kemajuan rakyat Papua dengan percepatan pembangunan di segala bidang di Papua, kata Suriastawa, dihambat juga oleh KKB dengan gaya separatis terornya.
“Intinya apa yang didengung-dengungkan oleh KKB sama sekali tidak benar. Semuanya tidak sesuai. Kenyataannya yang ada KKB hanya menghambat Kemajuan Rakyat Papua. Fakta KKB salah besar menganggap diri pejuang, yang ada pengkianat rakyat Papua, iya,” tegas Suriastawa.
“Kita hanya bisa berharap dan berdoa semoga KKB tulus membantu program pemerintah dalam membangun Papua demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Papua. Amin,” pungkasnya.