Stok obat anti malaria (OAM) di Kabupaten Mimika diketahui telah menipis. Dinas Kesehatan pun tengah berencana meminjam stok dari beberapa kabupaten tetangga untuk memenuhi kebutuhan.
Meskipun demikian, Wakil Bupati Kabupaten Mimika, Johannes Retob saat ditemui di Bandara Moses Kilangin Timika, Kamis (9/6/2022) memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak panik.
Sebab, menurutnya selain OAM masih ada obat lainnya yang bisa digunakan oleh pasien untuk pengobatan malaria.
“Masyarakat tidak boleh panik karena yang dimaksud dengan obat malaria ini adalah obat biru itu. Tetapi sebelum ada obat biru, pengobatan obat malaria juga tetap dilaksanakan dari dulu karena ada juga lain seperti obat Kina, kloropin, dan lain-lain. Itu semua stoknya masih banyak,” ujarnya.
Beberapa jenis obat untuk injeksi pun kata dia masih melimpah jumlah stoknya sehingga pengobatan akan tetap dilaksanakan.
“Bukan berarti orang sakit malaria tidak bisa diobati, tidak begitu. Jadi untuk seluruh masyarakat Mimika, juga mungkin masyarakat Papua tidak usah terlalu khawatir dengan kekurangan obat malaria yang terjadi saat ini. Kita akan tetap melaksanakan pengobatan dan lain-lain,” tandasnya.
Lebih lanjut dia mengingatkan kepada masyarakat bahwa yang paling penting di sini adalah pencegahan.
“Ada beberapa langka-langkah yang senantiasa kita lakukan untuk pencegahan malaria, seperti voging, kita bagi-bagi kelambu. Masyarakat pun kalau keluar rumah malam hari diharapkan pakai jaket, kaos panjang, juga gunakan autan untuk mencegah gigitan nyamuk,” pungkasnya.
Untuk diketahui, kekurangan stok OAM tidak hanya terjadi di Kabupaten Mimika saja, melainkan juga di setiap daerah di Indonesia.
Kekurangan stok ini disebabkan oleh terbatasnya bahan baku produksi dan juga waktu produksi yang mana baru akan dilakukan di akhir tahun nanti.
Kendati demikian saat ini Pemerintah pusat sedang berupaya melakukan permintaan kepada pihak pabrik untuk segera memproduksi OAM.