MIMIKA – Masyarakat Kampung Iwaka, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika selama tujuh tahun dibayang-bayangi dengan bencana banjir yang selalu terjadi setiap tahunnya akibat luapan air dari dua jalur kali yang melintas di tengah kampungnya.
Perwakilan warga Kampung Iwaka, Herman Kumiyu kepada wartawan mengatakan bahwa warga Kampung Iwaka saat ini sudah cukup bosan dengan janji-janji yang kerap disampaikan oleh pemerintah.
Pasalnya, janji-janji pembangunan tersebut tidak pernah direalisasikan sehingga kampungnya setiap tahun dilanda banjir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami minta kepada pemerintah mungkin bisa lihat kita sedikit. Jangan cuma datang janji pesan – janji pesan saja. Akhirnya kami ini juga bosan dengar janji terus,” ujarnya saat ditemui di Kampung Iwaka, Kamis (18/8/2022).
Selama ini, kata Herman, ketika air sungai mulai meluap dan masuk ke rumah-rumah, warga akan naik ke atas badan jalan utama.
“Kalau setiap banjir kami biasa naik ke atas jalan. Kami bercamp di atas jalan ini karena rumah kan sudah terendam air. Air sudah masuk ke rumah-rumah sehingga aktivitas masyarakat mau tidak mau harus naik di jalan, tidur di jalan. Karena kondisi lokasi rumah ini kan lebih rendah, jalan lebih tinggi jadi banjir tidak sampai di poros jalan tapi dia masuk ke Rumah-rumah,” jelasnya.
Dengan situasi kampung yang selalu mengalami banjir, Herman kembali meminta perhatian serius dari pemerintah.
“Kampung kami ini kan termasuk Kampung asli. Penduduknya juga asli. Jadi harapan kami cuma itu saja, kami minta perhatian dari bapak Bupati, dari pemerintah sebagai orang tua kita,” tuturnya.
Selain banjir, menurut Herman, masyarakat Iwaka pun selama ini sudah terkena dampak lain dari limbah, salah satunya sampah.
“Kami sudah menyerahkan tanah untuk jadikan TPA. Tujuh suku punya limbah kotoran itu kita orang Iwaka yang tadah, kita yang terima. Kami sudah dengan hati menerima tanah kami dijadikan TPA, jadi kami harap pemerintah juga harus membangun kami punya Kampung ini dengan hati,” harapnya.
“Kami tidak minta banyak-banyak, tapi kami yang juga masyarakat Indonesia ini ingin sejahtera, mau tinggal tenang. Kami mulai menderita dengan banjir ini mulai tahun 2015. Itu setiap tahun kami alami,” imbuhnya.
Herman mengatakan kemungkin banjir tersebut diakibatkan oleh galian-galian material serta penebangan-penebangan pohon yang gencar terjadi di sekitar aliran sungai Iwaka.
“Mungkin karena galian-galian atau pohon semakin ditebang, ditumbangkan sehingga kami Kampung ini yang jadi sasaran. Jadi kami harap pemerintah jangan hanya janji-janji ke kami tapi tidak ada realisasi. Bilang mau bikin kampung pariwisatalah, mau bendung sungai inilahi, mau bangun rumahlah tapi semua tidak ada realisasi. Tidak ada nampak,” pungkasnya.