MIMIKA – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Mimika menggelar sosialisasi penanganan pasca virus African Swine Fever (ASF) di salah satu hotel di Jalan Yos Soedarso, Timika, Papua Tengah, Selasa (3/9/2024).
Kegiatan sosialisasi ini dihadiri bebrapa tamu undangan serta 35 peternak babi di Kabupaten Mimika.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh drh. Yetty Hervianti dari Disnakkeswan Kabupaten Yapen sebagai narasumber.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Bidang Bina Usaha Disnakkeswan Kabupaten Mimika, Agustinus Mandang, mengatakan sosialisasi ini bertujuan untuk mengedukasi para peternak yang telah mengalami kerugian.
Agustinus menjelaskan, setelah dilanda wabah ASF, populasi babi di Mimika yang mati akibat ASF sudah sekitar 12.574 ekor.
Kondisi tersebut sampai saat ini masih terus berlangsung. Kendati demikian, kata Agustinus, tren penyebaran ASF di Mimika telah menurun. Akan tetapi, kerugian yang dialami para peternak ditaksir sangat besar.
“Dianggap perlu kita mencari jalan keluar yang mana penyakit ini akan bersama kita setiap saat sehingga perlu dicarikan solusi yang terbaik dalam penanganan ternak, kandang, dan lingkungan sekitar kandang,” kata Agustinus.
Disnakeswan sendiri akan terus memberikan pendampingan pemeliharaan ternak babi melalui komunikasi, informasi, dan edukasi serta sosialisasi kepada peternak.
“Kami berharap, kepada peserta agar mengikuti dengan baik sosialisasi penyakit ASF saat ini sehingga bisa beternak babi kembali,” harapnya.
Sementara itu, drh. Yetty Hervianti menjelaskan ASF atau dengan nama lain demam babi Afrika ini memiliki ciri-ciri di mana saat babi terpapar virus ASF akan mengalami demam dengan suhu mencapai 41 sampai 42 derajat Celcius.
Babi yang terpapar ASF juga akan lemas dan tidak dapat berdiri, terdapat bercak merah hingga ungu pada kulit. Pada induk babi, biasanya mengeluarkan darah dari puting susu, dan diare berdarah.
Yetty mengatakan jika ternak babi sudah terserang ASF, maka segera dilakukan pemisahan antara babi yang terpapar dengan babi yang sehat.
“Kemudian, babi yang mati akibat ASF segera dikubur di dalam tanah dengan kedalaman 1,5 meter. Peternak juga disarankan untuk segera mengganti pakaian dan mencuci pakaian yang digunakan saat penguburan,” jelas Yetty.
Yetty memaparkan, adapun tahap-tahap pengisian kembali kandang babi yang juga harus diperhatikan dan mesti dilaksanakan oleh peternak di antaranya adalah sebelum pengisian, kandang dan alat kerja harus disterilkan menggunakan desinfektan atau detergen.
Peternak harus memastikan babi yang dibeli tidak berasal dari kandang atau peternakan yang bebas ASF.
Untuk peternakan skala besar, disarankan untuk memasukkan babi uji coba (Sentinel) guna menguji apakah kandang telah bebas ASF. Babi uji coba dipindahkan secara periodik dari satu kandang ke kandang lainnya.
Peternak juga wajib menerapkan prosedur pencegahan (biosecurity) di kandang dengan baik dan ketat.
“Sebab, demam babi Afrika dapat menyebar melalui kontak langsung antara babi peliharaan, pakan, dan sisa makanan yang terkontaminasi, perpindahan babi melalui kendaraan, hewan dan serangga pembawa virus seperti tikus, lalat, caplak dan lain-lain, peralatan kandang serta pakaian dan alas kaki yang terkontaminasi,” paparnya.
Yetty melanjutkan, biosecuriy dapat dilakukan dengan mengawasi ternak, orang, barang dan hewan. Selanjutnya, dengan mengenali gejala penyakit serta cara penularannya, menyelamatkan babi yang sehat dan mengingatkan kawan, tetangga, dan keluarga agar tidak sembarangan masuk kandang.
Update berita terbaru lainnya dengan mengikuti saluran Galeripapua.com WhatsApp Channel. Klik link berikut https://whatsapp.com/channel/0029VafbmilChq6Dj7IL2i46