MIMIKA – Guna mendorong sertifikasi tenaga perawat di Kabupaten Mimika, Dewan Pengurus Daerah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPD PPNI) Mimika menggelar ujian kompetensi nasional (Ukomnas) Retaker Periode III, Sabtu (22/10/2022).
Berlokasi di SMP Negeri 2 Mimika, Ukomnas ini dibuka secara resmi oleh Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob. Melalui sambutannya, Jhon mengaku prihatin melihat status dari sejumlah perawat di Mimika yang hingga saat ini belum memiliki surat tanda registrasi (STR).
Menurutnya, hal itu tentunya akan sangat berdampak bagi para perawat yang tidak bisa memaksimalkan kinerja profesinya sebagai seorang tenaga kesehatan.
“Saya cukup prihatin karena dilaporkan oleh PPNI bahwa ternyata banyak sekali tenaga kesehatan, baik yang Diploma maupun S1 tetapi tidak pernah bisa mendapatkan kesempatan untuk mengikuti ujian kompetensi nasional,” ujarnya.
“Bahkan saya dilaporkan pada waktu itu bahwa jangan sampai karena mereka sudah pernah mengikuti ujian berkali-kali namun tidak pernah lulus. Ini persoalan ini, dan saya bilang coba cari, apakah bisa kita buat untuk SK lokal saja,” imbuhnya.
Dengan keprihatinan itu, Jhon mengungkapkan pernah meminta PPNI untuk terus berupaya agar seluruh perawat di Mimika dapat bersetifikasi.
“Akhirnya berdasarkan pertimbangan dan perjalanan, ternyata kemarin disampaikan bahwa bapa hari ini akan dilaksanakan Ujian Kompetensi Nasional. Inilah yang telah diusahakan oleh organisasi profesi,” ungkapnya.
Jhon berharap melalui kesempatan ini, para peserta bisa mengikuti Ukomnas dengan baik sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal.
“Kalian hari ini ada 20 peserta. Saya berharap nanti 20 peserta ini lulus semua. Dan saya juga sangat berharap mudah-mudahan PPNI boleh mencatat masih berapa banyak lagi perawat yang belum sertifikasi supaya kalau bisa kita anggarkan dari Pemerintah Daerah untuk dapat melaksanakan ujian ini,” harapnya.
Di samping itu, Ketua DPD PPNI Kabupaten Mmika Samuel E. G. J. Kermite, menyampaikan bahwa Ukomnas Retaker Periode III kali ini diikuti oleh 20 peserta; 13 peserta orang asli Papua (OAP) dan 7 peserta non-OAP.
“ASN 7 orang dan non-ASN 13 orang yang saat ini mengikuti kegiatan dan esok hari. Dalam berbagai keterbatasan dan kekurangan, kami selalu berupaya dengan kemampuan kami sendiri sehingga proses ini bisa sampai pada hari ini,” kata Samuel.