MIMIKA – Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mimika, Yulius Koga, mengungkapkan bahwa penyerapan dana subsidi Toko Tani Indonesia sejak awal dibuka pada 6 September 2022 hingga kini telah mencapai Rp200 juta lebih.
“Untuk satu tahun ini, subsidinya Rp500 juta. Itu subsidi transportasi. Dan sejauh ini yang sudah terserap sekitar Rp200 juta lebih. Jadi sekita 50 persen yang terserap,” ujar Yulius saat ditemui Kantor Dinas Ketahanan Pangan, Jumat (21/10/2022).
Dana subsidi yang diperuntukkan dalam jangka waktu satu tahun ini, menurut Yulius, bakal lebih karena realisasinya tidak sampai satu tahun penuh.
“Ini kan kita mulainya dari September dan habis nanti di akhir Desember. Jadi memang tidak genap satu tahun. Makanya uang yang lebih kita pakai juga untuk pengadaan Basar Murah. Kita sudah mulai dari Sabtu kemarin. Jadi ke depannya setiap Sabtu akan ada Basar Murah,” jelasnya.
Lebih lanjut Yulius menyampaikan bahwa selama satu bulan lebih ini, tingkat penjualan di Toko Tani Indonesia masih terbilang normal.
“Sejauh masih normal, kan kita bisa ukur dari apa yang kita pasarkan. Misalnya, macam ikan. Itu paling lama kita jual hanya tiga sampai lima hari. Itu sekitar 50-an kilo sudah langsung habis. Kalau telur, dua sampai tiga jam sudah habis dengan jumlah sekitar 60 rak. Ayam biasanya dua sampai tiga hari baru habis,” kata Yulius.
Untuk persediaan stok, lanjut Yulius, Toko Tani telah bekerja sama dengan dinas-dinas terkait dan beberapa juga kelompok atau komunitas. Menurut Yulius, salah satu komoditas yang sulit untuk didapat adalah ikan.
“Orang biasa bilang di pelabuhan pendaratan itu ikan banyak, tapi ternyata susah dapat karena setelah kami konfirmasi ke perikanan katanya ikannya itu hanya dilelang. Tapi lelang kemana, kami juga tidak tau,” tuturnya.
“Jadi kami bilang ke perikanan, kasih tunjuk saja nelayan lokal mana yang kami bisa ambil. Tapi itu juga agak susah karena nelayan lokal ini pengusaha sudah fasilitasi mereka. Jadi sebelum mereka mau melaut, pengusaha itu sudah kasih rokok, gula, kopi, minyak, jadi ketika ada hasil, mereka langsung ke pengusaha. Jadi susah untuk perikanan karena teman-teman di dinas juga tidak bisa tunjukkan kelompoknya mana,” imbuhnya.
Sementara itu, untuk hasil kebun, Yulius mengaku kerap mengambil dari Mama-mama Papua yang berjualan di atas trotoar. Hal ini dikarenakan stok di pertanian sering kosong.
“Beberapa kali kami koordinasi dengan pertanian, memang dikasih tunjuk kelompoknya tetapi hasilnya belum memuaskan. Kami minta juga kadang kosong. Tidak tau mereka sudah bawa ke pasar atau alasan atau apa kami juga tidak tau,” tandasnya.
Yulius mengatakan, sejauh ini yang kerja samanya cukup stabil adalah dari pihak peternakan. Sebab, peternak di Mimika cukup banyak sehingga stok yang dihasilkan pun banyak. Meski demikian, ada juga persoalan dihadapi.
“Yang menjadi soal itu karena mereka kan tidak hanya kerja sama dengan Toko Tani. Jadi, kadang ketika kami minta, orang lain sudah ambil duluan Kadang juga mereka sudah kirim ke gunung, ke kabupaten tetangga,” ungkapnya.
Dengan seringnya mengalami kekurangan stok, Yulius mengajak para petani, nelayan, dan juga peternak yang memiliki banyak stok dan ingin benar-benar bekerja sama dapat langsung mendatangi Dinas Ketahanan Pangan untuk didiskusikan lebih lanjut.
“Seperti rica, bawang, tomat itu memang kami di sini kurang. Jadi kalau ada yang punya jumlah banyak, silakan datang ke kita untuk komunikasi supaya kami tidak ambil pagi di distributor. Kami kerja sama saja dengan dia biar dia punya itu langsung drop ke sini. Untuk harganya, harga yang dari petani kami tidak korek lagi, jadi harga yang dari dia itu tetap,” pungkasnya.