BOVEN DIGOEL – Tunas Sawa Erma (TSE) Group saat ini sedang membangun sebuah pabrik biogas di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua Selatan. Pabrik biogas ini adalah yang pertama di Papua Selatan.
Dalam siaran pers yang diterima Galeripapua.com pada Jumat (7/3/2025), dijelaskan bahwa Indonesia sebagai negara produsen minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia, memiliki peluang yang sangat besar dalam pemanfaatan teknologi biogas karena tuntutan dari dalam dan luar negeri.
Pabrik biogas pun sudah berdiri di daerah-daerah penghasil sawit seperti Langkat dan Pulau Belitung. Terbaru pabrik biogas juga sedang dibangun di Papua Selatan, tepatnya di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kita bangun pabrik biogas yang investasi di awal tentu akan besar. Tapi dalam jangka panjang kita akan mengurangi penggunaan BBM di seluruh aktivitas kebun dan pabrik. Dengan pengembangan Biogas Power Plant yang dikoneksikan dengan BioCNG dalam jangka panjang pasti ada bermanfaat bagi perusahaan maupun lingkungan,” jelas Luwy Leunufna, Direktur Tunas Sawa Erma (TSE) Group.
TSE Group, perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit yang membangun Biogas Power Plant pertama di tanah Papua Selatan. Dengan total investasi fasilitas biogas senilai USD 3.600.000, TSE Group mengubah POME (Palm Oil Mill Effluent) atau limbah cair kelapa sawit menjadi energi terbarukan.
Dari dua tangki biogas berkapasitas 7.800 meter kubik ini mampu menghasilkan listrik sebesar 2 MW yang digunakan untuk kegiatan operasional Palm Kernel Crushing Plant dan lain sebagainya. Ketika Biogas Power Plant ini berjalan, estimasi pengurangan emisi yang dilakukan TSE Group mencapai 60,708 ton CO2 per tahun dibandingkan dengan tanpa fasilitas ini.
Pembangunan biogas sekaligus sebagai bentuk realisasi perusahaan dalam upaya global mencapai Zero Emissions sampai dengan tahun 2050. Menurut Luwy, ini dijalankan atas dasar kesadaran dan keyakinan dari TSE Group bahwa Net Zero Emissions hanya bisa dicapai melalui kerja sama dan inovasi dari semua pihak yang terlibat dalam rantai nilai kelapa sawit.
Luwy menambahkan, upaya ini sekaligus untuk mendukung Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut meratifikasi Perjanjian Paris, di mana salah satu poin kesepakatannya menyatakan bahwa negara-negara yang menandatangani kesepakatan tersebut menyetujui untuk melakukan pengurangan emisi karbon nasional secara sukarela (nationally determined contributions/NDC) dengan tujuan menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius.
“Melalui komitmen Net Zero Emissions kita ingin mencoba menyeimbangkan emisi yang sudah dirilis. Karena itu kita melakukan serangkaian aktivitas seperti pembangunan Biogas Power Plant- BioCNG, menggantikan penggunaan alat berat berbahan bakar minyak dengan EV, shifting secara perlahan dari B30 ke B40 dan B50 sesuai dengan peraturan pemerintah, pembangunan solar panel dan lain sebagainya. Intinya adalah bagaimana kita lakukan intervensi secara efektif untuk membuat emisi kita menjadi netral atau yang kita tahu sebagai net zero,” terang Luwy.
Dalam jangka waktu dekat, Biogas Power Plant TSE Group akan diresmikan. Ke depannya, TSE Group juga akan membangun biogas di lima lokasi di unit-unit perusahaan secara bertahap. Rencana ini tertuang dalam TSE Group Emition Reduction Roadmap yang memuat target perusahaan untuk mencapai Net Zero Emissions.