MIMIKA – Sepanjang tahun 2022, Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Mimika menangani sebanyak 285 perkara.
Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mana hanya berjumlah 250 perkara.
“Jadi ada peningkatan di tahun 2022 sebanyak 35 perkara,” ujar Wakil Ketua PA Mimika, H. Mansur KS, S.Ag, saat ditemui di Kantor PA Mimika, Kamis (2/1/2023).
Mansyur mengatakan, dari keseluruhan perkara yang diterima, perkara kasus perceraian yang terbilang paling banyak yakni berjumlah 215 kasus.
“Cerai talak ada 63 kasus; 5 dicabut dan 60 yang diputuskan. Sementara cerai gugat ada 145 kasus; 19 dicabut, 126 diputuskan,” paparnya.
Disampaikan bahwa rata-rata penyebab terjadinya perceraian adalah perselisihan dan pertengkaran yang terus-menerus karena alasan ekonomi, meninggalkan tempat kediaman bersama, KDRT, dan mabuk serta adanya WIL (wanita idaman lain) dan PIL (pria idaman lain).
Sementara itu, Mansyur juga menyebutkan bahwa di dalam perkara kasus perceraian, terdapat beberapa pernikahan yang belum mencapai setahun sudah mengajukan cerai.
“Ada yang baru menikah, selang beberapa tahun bahkan bulan sudah mengajukan cerai. Yang kaya begitu memang ada, terutama remaja-remaja yang masih labil, belum bisa mengontrol emosinya. Akibatnya cerai,” tuturnya.
Selain dari perceraian, ada juga permohonan Dispensasi Nikah yang berjumlah sebanyak 10 permohonan.
Mansyur menjelaskan, menurut Undang-Undang Nomor 16 Thn 2019 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, umur kedua calon mempelai yang hendak menikah 19 tahun.
Adapun pertimbangan yang menjadi dasar dalam mengabulkan permohonan dispensasi itu adalah permohonan tersebut beralasan secara syar’i, yuridis, dan sosiologis.
“Anak dimohonkan dispensasi kawin jika laki-laki telah memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang cukup dan jika perempuan telah terbiasa melakukan tugas kerumahtanggaan,” ujarnya.
Kemudian, lanjut Mansyur, keluarga kedua belah pihak pun sudah sama-sama menyetujui berlangsungnya pernikahan.
Berdasarkan fakta hukum di persidangan, kata Mansyur, hubungan kedua calon mempelai sudah sedemikian erat.
“Sudah ada indikasi jika tidak segera dinikahkan akan melakukan tindakan yang bertentangan dengan syariat Islam, sehingga dapat merusak tatanan kehidupan sosial yang baik. Kemudian yang terakhir, kedua mempelai tidak ada halangan secara syar’i untuk menikah,” jelasnya.
Di samping itu, dikatakan bahwa dengan adanya peningkatan jumlah perkara setiap tahun perlu dipahami bahwa hal itu pun menandakan bahwa masyarakat Mimika semakin taat terhadap hukum.
“Di samping sisi negatif ketidakharmonisan pasangan suami istri, kita juga harus melihat sisi positifnya bahwa banyaknya perkara berarti masyarakat itu sudah taat hukum, karena dia masih mau mengikuti prosedur sesuai hukum yang berlaku,” terangnya.
“Kan banyak juga yang pergi meninggalkan pasangannya begitu saja. Jadi dengan adanya perkara yang mungkin setiap tahun tambah, kita jadi berpikir bahwa masyarakat Mimika ini sudah banyak yang sadar hukum. Daripada dia memakai hukumnya sendiri kan,” imbuhnya.
Lebih lanjut Mansyur juga memberikan imbauan terutama bagi para remaja untuk bagaimana bisa berpikir lebih jauh sebelum melakukan pernikahan di bawah umur.
“Kalau bisa janganah menikah di bawah umur. Lebih bagusnya lagi kalau bisa carilah dulu pekerjaan yang mapan. Jangan menikah begitu saja lalu terus bergantung pada orang tua. Artinya usahakan bisa mampu berdiri sendiri dulu menikah. Supaya masa depanmu bisa diatur sendiri,” ucap Mansyur.
Kemudian, dia juga meminta kepada para orang tua untuk selalu mengontrol anak-anaknya dalam bermain gadget.
Sebab, saat ini banyak juga pasangan yang hanya mengenal lawan jenisnya melalui dunia maya tapi pada akhirnya berpisah setelah menikah karena ketidakcocokan.
“Hendaknya orang tua selalu mengontrol. Hp memang bagus apabila dipergunakan untuk sesuatu yang positif. Tapi banyak sekarang yang kenal pasangannya lewat dunia maya media sosial dan aplikasi lainnya,” jelasnya.
“Untuk semua elemen masyarakat khususnya di Mimika, mari kita sama-sama membangun daerah kita dengan terus membina generasi kita. Masa depan Mimika itu tergantung dari generasinya. Tentunya generasi yang potensial, bukan generasi yang ugal ugalan. Generasi yang bisa menatap masa depannya jauh lebih baik dari sekarang,” pungkasnya.