PUNCAK – Pemerintah Kabupaten Puncak, Papua Tengah, menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) setelah 11 anak terpapar penyakit campak dalam sebulan terakhir.
Berdasarkan siaran pers Pemda Kabupaten Puncak, Sabtu (4/3/2023), Bupati Willem Wandik mengatakan bahwa semua anak yang terpapar campak telah dirawat di RSUD Ilaga.
Disebutkan kasus campak pertama kali ditemukan di Distrik Beoga, distrik yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Intan Jaya.
Willem juga telah memerintahkan sejumlah upaya untuk segera melakukan penanganan kasus campak yang sedang merebak. Salah satunya dengan mendeteksi anak-anak yang diduga terpapar agar secepatnya diberikan perawatan medis.
“Saya sudah memantau kondisi kesehatan anak yang dirawat di RSUD Ilaga. Dinas Kesehatan pun telah saya minta untuk membentuk tim penanganan KLB campak. Inikan statusnya KLB sehingga perlu ada penanganan serius,” ujar Bupati Willem.
Di samping itu, Kepala Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Puncak, Demus Wonda, menyampaikan anak pasien campak yang pertama kali ditemukan telah sembuh dan telah dipulangkan.
Setelah itu, muncul lagi empat kasus campak lainnya yang ditemukan di Puskesmas Ilaga. Dikatakan bahwa kebanyakan pasien datang dari daerah pinggiran Kota Ilaga.
“Kemudian terjadi lagi peningkatan pasien campak di RSUD Ilaga, jumlahnya 11 anak. Saat ini, 3 orang anak dinyatakan sembuh dan bisa pulang. Lalu, tersisa 8 pasien anak campak yang masih dirawat,” ungkap Demus, Sabtu (4/3/2023).
Untuk menekan jumlah tersebut, Demus menyebutkan pihaknya akan bekerja sama dengan gereja dan tokoh agama untuk memberikan imbauan kepada orang tua agar membawa anaknya usia 6-9 tahun ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan imunisasi campak.
“Arahan itu sudah sesuai dengan hasil rapat kemarin bersama forkopimda dan Bupati Puncak untuk mengantisipasi campak agar tak meluas ke distrik lainnya,” jelasnya.
Menurut Demus, perlu adanya kerja sama dengan gereja dan tokoh agama karena hingga kini, Kota Ilaga masih terdapat banyak titik rawan teror senjata.
“Kami juga sudah membentuk tim medis lapangan, khususnya di 8 distrik induk untuk melakukan sosialisasi dan penanganan awal terhadap kasus campak,” sambungnya.
Lebih lanjut Demus mengungkapkan bahwa pada tahun 2021, program imunisasi campak dan imunisasi lainnya tidak berjalan maksimal karena persoalan pandemi COVID-19 dan juga situasi keamanan yang kurang kondusif di Kabupaten Puncak.
“Pasien terbanyak datang dari daerah merah keamanan yang tidak kondusif sehingga ibu-ibu tidak sempat melakukan imunisasi kepada anak-anaknya,” pungkasnya.